UPT Puskesmas Gondosari Pacitan Intensifkan Edukasi dan Pencegahan DBD: 74 Kasus Sembuh Tanpa Kematian
Pacitan, Lidikinvestigasi.com – Untuk mengantisipasi peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayahnya, UPT Puskesmas Gondosari Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, menggencarkan edukasi dan pencegahan dini kepada masyarakat. Langkah ini dilakukan menyusul maraknya kasus DBD yang terjadi di sejumlah wilayah kecamatan, termasuk di empat desa binaan Puskesmas Gondosari.
Kepala UPT Puskesmas Gondosari, dr. Ika Mayasari, menegaskan bahwa masyarakat perlu memahami betul apa itu DBD, gejalanya, serta cara pencegahannya agar penularan bisa ditekan secara efektif.
“Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah komplikasi dari demam dengue yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Ketika seseorang tergigit, virus dengue masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi dengan gejala demam tinggi, nyeri otot, hingga pendarahan,” jelas dr. Ika, Jumat (21/6/2024).
Pelayanan Kesehatan Maksimal 24 Jam
UPT Puskesmas Gondosari merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang aktif menangani kasus DBD. Terletak di perbatasan Kecamatan Punung dan Arjosari, puskesmas ini memiliki layanan kesehatan 24 jam, baik untuk IGD, rawat jalan, maupun rawat inap. Berkat penanganan yang cepat dan tanggap dari tenaga kesehatan yang terlatih, seluruh pasien DBD yang dirawat berhasil sembuh tanpa harus dirujuk ke rumah sakit lain.
“Dengan kesiapan tenaga medis kami, semua pasien DBD yang kami tangani sembuh total tanpa ada satu pun korban jiwa. Kami terus berkomitmen memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” tegas dr. Ika.
Upaya Pencegahan Berbasis Masyarakat
Tidak hanya fokus pada pelayanan kuratif, Puskesmas Gondosari juga aktif melakukan pencegahan berbasis masyarakat. Bekerja sama dengan empat desa binaan – Desa Ploso, Gondosari, Tinatar, dan Kebonsari – pihak puskesmas rutin melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan mengoptimalkan gerakan 3M Plus (menguras, menutup, mengubur + pencegahan tambahan).
Kegiatan edukasi dan sosialisasi juga dilakukan dalam berbagai kesempatan, mulai dari pertemuan lintas sektor (Forkopimda, pemerintah desa, kader kesehatan) hingga ke tingkat rumah tangga.
“Kami selalu melakukan penyelidikan epidemiologi saat ada laporan kasus DBD, lalu melanjutkan dengan edukasi, sosialisasi, dan penyemprotan di wilayah terdampak,” tambahnya.
Inovasi “Gemar Sadur” dan Jumantik Rumah Tangga
Puskesmas Gondosari juga meluncurkan inovasi bernama “Gemar Sadur” (Gerakan Masyarakat Sadar Surveilans) serta penerapan program “Satu Rumah Satu Jumantik”, yakni pelibatan anggota keluarga dalam memantau jentik nyamuk di lingkungan rumah masing-masing.
“Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) meningkat signifikan berkat edukasi berkelanjutan. Ini menunjukkan hasil yang sangat positif dalam pencegahan DBD,” terang Aan Wahyudi, S.K.M, penanggung jawab program surveilans Puskesmas Gondosari.
Data Kasus DBD Terkini: Zero Kematian
Berdasarkan data per 21 Juni 2024, Puskesmas Gondosari telah menangani total 74 kasus DBD, dengan sebaran sebagai berikut:
-
Desa Ploso: 43 kasus
-
Desa Gondosari: 23 kasus
-
Desa Tinatar: 5 kasus
-
Desa Kebonsari: 3 kasus
Semua pasien dinyatakan sembuh tanpa ada laporan kematian. Hal ini menjadi capaian penting dalam pengendalian penyakit endemik yang rawan meningkat di musim penghujan atau perubahan cuaca ekstrem.
Sosialisasi Rutin di Semua Lini Masyarakat
Sebagai bentuk kewaspadaan berkelanjutan, Puskesmas Gondosari terus melakukan edukasi kesehatan pada berbagai kegiatan masyarakat seperti posyandu balita, posyandu lansia, posbindu, kelas ibu balita, dan forum kader kesehatan.
“Setiap kesempatan kami gunakan untuk mengedukasi masyarakat. Tujuan kami bukan hanya mengobati, tapi menciptakan masyarakat yang sehat secara mandiri,” pungkas Aan Wahyudi.
Penutup
Kegiatan promotif dan preventif yang dilakukan oleh UPT Puskesmas Gondosari menunjukkan bahwa sinergi antara tenaga kesehatan dan masyarakat sangat penting dalam mengendalikan penyebaran penyakit. Harapannya, keberhasilan ini bisa menjadi model bagi wilayah lain dalam upaya menekan kasus DBD secara efektif. (E.setyo)