Apel yang dipimpin oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa ini juga dihadiri oleh Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, serta Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali. Dalam amanatnya, Khofifah menyampaikan pentingnya koordinasi antarpihak dalam meningkatkan efektivitas penanganan bencana di daerah rawan.
“Kesiapan personel harus diimbangi dengan kesiapan logistik, komunikasi, dan peran masyarakat. Sidoarjo menjadi contoh baik dalam sinergi ini,” ujar Khofifah.
Dalam kegiatan tersebut, dilakukan simulasi penanganan bencana banjir dan kebakaran, serta peninjauan terhadap sarana prasarana yang digunakan seperti perahu karet, tenda darurat, dan alat evakuasi. Sidoarjo sendiri termasuk dalam zona rawan banjir dan likuefaksi.
Data BNPB mencatat, sepanjang tahun 2024 terdapat lebih dari 2.000 kejadian bencana di Indonesia, dengan Jawa Timur sebagai salah satu provinsi paling terdampak. Oleh karena itu, apel kesiapsiagaan ini menjadi sangat strategis untuk meningkatkan respons awal dan ketangguhan masyarakat.
“Kami juga menggandeng komunitas relawan dan kelompok karang taruna untuk simulasi evakuasi warga. Ini bukan hanya seremoni, tapi pelatihan nyata,” kata Kepala BPBD Sidoarjo, Didik Wahyudi.
Salah satu peserta apel dari Kecamatan Taman, Erni (34), mengatakan ia merasa lebih siap menghadapi potensi bencana. "Kami dilatih untuk tahu jalur evakuasi, titik kumpul, dan cara memberi pertolongan pertama," ujarnya.